Sejarah Martabak: Dari Hidangan Jalanan hingga Camilan Favorit Nusantara

Sejarah Martabak: Dari Hidangan Jalanan hingga Camilan Favorit Nusantara

Kuliner

𝐭𝐡𝐞𝐬𝐢𝐜𝐤𝐛𝐚𝐠𝐬𝐨𝐧𝐠.𝐜𝐨𝐦 Sejarah Martabak: Dari Hidangan Jalanan hingga Camilan Favorit Nusantara! Martabak adalah salah satu camilan yang paling populer di Indonesia. Dengan rasa yang bervariasi, mulai dari manis hingga gurih, martabak menjadi favorit banyak orang dan mudah ditemukan di berbagai penjuru negeri, terutama di malam hari. Namun, tahukah Anda bahwa martabak bukanlah makanan asli Indonesia? Dalam artikel ini, kita akan menelusuri sejarah martabak, dari asal-usulnya di negeri seberang hingga menjadi camilan yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Nusantara.

Sejarah Martabak di Indonesia: Dari Hidangan Jalanan hingga Camilan Favorit

Sejarah Martabak: Dari Hidangan Jalanan hingga Camilan Favorit Nusantara

Kata “martabak” diyakini berasal dari bahasa Arab “mutabbaq,” yang berarti “terlipat” atau “berlapis.” Nama ini mengacu pada cara pembuatan martabak yang diisi dan dilipat sebelum dimasak. Makanan ini awalnya dikenal di wilayah Timur Tengah, khususnya di Yaman dan Arab Saudi, sebagai hidangan yang terdiri dari adonan yang diisi dengan campuran daging cincang dan rempah-rempah, kemudian digoreng hingga matang.

Martabak kemudian di bawa oleh para pedagang Muslim ke berbagai wilayah di Asia Tenggara, termasuk India, Malaysia, dan akhirnya ke Indonesia. Di India, hidangan ini di kenal dengan sebutan “mutabbaq” dan mengalami perubahan sesuai dengan bahan dan selera lokal. Versi ini juga di kenal sebagai “murtabak” di Malaysia dan Singapura. Ketika tiba di Indonesia, martabak mulai berkembang menjadi dua jenis utama: martabak manis dan martabak telur.

Martabak di Indonesia: Perkembangan Dua Varian Utama

Di Indonesia, martabak di kenal dalam dua varian populer: martabak manis dan martabak telur. Keduanya memiliki cita rasa dan cara pembuatan yang berbeda, namun sama-sama di gemari oleh masyarakat.

1. Martabak Manis (Terang Bulan)

Martabak manis, yang juga di kenal dengan nama “terang bulan” di beberapa daerah, adalah versi yang di pengaruhi oleh kue-kue manis dari Tiongkok. Kuliner ini di buat dengan adonan tepung yang di panggang di atas loyang panas hingga mengembang, kemudian di beri topping yang kaya dan beragam. Dulunya, topping martabak manis cukup sederhana, hanya berupa kacang tanah, gula, dan wijen. Namun, seiring waktu, variasi toppingnya berkembang pesat, dari cokelat, keju, hingga selai buah, biskuit, dan berbagai bahan lainnya.

Di berbagai kota besar di Indonesia, martabak manis kini telah menjadi camilan yang lebih modern dan bervariasi. Martabak dengan topping kekinian seperti Nutella, Oreo, Green Tea, hingga Ovomaltine semakin menarik minat konsumen, terutama di kalangan anak muda. Martabak manis tidak hanya sekedar camilan, tetapi juga menjadi tren kuliner dengan inovasi rasa yang tak pernah habis.

2. Martabak Telur

Berbeda dengan martabak manis, martabak telur adalah varian gurih yang lebih mirip dengan hidangan asli dari Timur Tengah dan India. Martabak ini di buat dengan adonan tepung yang lebih tipis dan lentur. Adonan tersebut kemudian di isi dengan campuran telur, daging cincang (biasanya daging sapi atau ayam), daun bawang, dan bumbu-bumbu lainnya. Setelah di lipat seperti amplop, adonan di goreng dalam minyak panas hingga kulitnya garing dan renyah.

Baca Juga  Pesona Lombok: Destinasi Wisata yang Menyajikan Keindahan Alam Tak Terlupakan!

Di Indonesia, martabak telur sering di sajikan dengan acar dan saus cabai untuk menambah cita rasa. Selain itu, beberapa pedagang martabak juga menawarkan pilihan isi yang lebih beragam, seperti sosis, kornet, hingga mozzarella untuk mengikuti selera konsumen yang semakin modern.

Martabak: Dari Kaki Lima ke Kafe Mewah

Pada awalnya, martabak di Indonesia banyak di jual di gerobak kaki lima yang mudah di temukan di pinggir jalan, terutama di malam hari. Penjual martabak sering kali menjajakan dagangannya di tempat-tempat ramai seperti pasar malam, pinggir jalan utama, atau di depan minimarket. Gerobak yang sederhana, dengan aroma martabak yang menggugah selera, menjadi ciri khas tersendiri yang membawa kenangan bagi banyak orang.

Namun, seiring dengan popularitasnya, martabak mulai di jual di tempat-tempat yang lebih modern, seperti kafe dan restoran. Inovasi dalam penyajian dan rasa membuat martabak lebih eksklusif, dengan harga yang lebih tinggi dan tampilan yang lebih elegan. Banyaknya variasi rasa dan topping menjadikan martabak bukan hanya sekedar makanan jalanan, tetapi juga bagian dari gaya hidup kuliner di kota-kota besar.

Martabak sebagai Camilan Nusantara yang Tak Terlupakan

Keberhasilan martabak menjadi makanan favorit di Indonesia tidak lepas dari kemampuannya untuk beradaptasi dengan budaya lokal. Martabak telur yang gurih cocok dengan lidah masyarakat yang menyukai makanan berbumbu, sementara martabak manis memberikan kenikmatan bagi mereka yang suka camilan manis dan bertekstur lembut.

Tidak hanya di kota-kota besar, martabak juga menjadi camilan populer di daerah-daerah pelosok. Setiap daerah mungkin memiliki variasi tersendiri, baik dari segi rasa, isi, maupun cara penyajiannya. Hal ini membuat martabak semakin kaya dalam cita rasa dan terus di cintai oleh masyarakat dari segala usia.

Kesimpulan

Dari sejarahnya yang panjang, kita bisa melihat bagaimana martabak telah bertransformasi dari hidangan sederhana di Timur Tengah menjadi camilan favorit yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Keberhasilan martabak tidak hanya terletak pada rasa yang lezat, tetapi juga pada kemampuannya untuk terus berkembang dan beradaptasi dengan tren kuliner yang ada.

Martabak manis dengan topping modern dan martabak telur dengan varian isi yang beragam hanyalah contoh bagaimana kuliner ini selalu bisa menghadirkan sesuatu yang baru. Bagi sebagian orang, martabak mungkin hanya sekedar camilan, tapi bagi masyarakat Indonesia, martabak adalah bagian dari identitas kuliner yang sarat dengan kenangan dan tradisi.